Pentingnya Kelembapan Pada Penetasan Dengan Mesin Tetas

December 28, 2018
PENTINGNYA KELEMBAPAN PADA PENETASAN DENGAN MESIN TETAS

Para peternak sekalian pastilah sudah sangat paham bahwa kelembapan sangatlah diharapkan dalam sebuah proses penetasan lantaran bila kita salah atau asal-asalan dalam melaksanakan administrasi kelambapan ini maka kemungkinan besar tingkat keberhasilan dalam penetasan kita akan rendah bahkan sanggup GAGAL.

Para peternak sekalian, bagi anda yang pernah melaksanakan penetasan dengan mesin tetas, apakah anda pernah mengalami kejadian dimana telur yang fertile dan sudah ada retakan namun gagal menetas? Atau pernahkan anda menemui DOC hasil tetasan anda kondisinya lemah, kecil-kecil, bulunya lengket-lengket, pusarnya tidak tertutup sempurna, kuning telurnya tidak terserap sepenuhnya dan DOC kondisinya labil/ praktis sakit kemudian mati? Padahal ada peternak lain atau dengan telur dari bibit yang sama atau mungkin ditetaskan oleh induknya hasilnya hasil DOCnya jauh lebih baik dari DOC hasil penetasan kita…., hal ini kemungkinan besar disebabkan lantaran kelembapan kita yang kurang baik.
Nah, pertanyaanya, apa korelasi/ hubungannya antara kelembaban dengan proses penetasan? Kelembaban yang rendah menyebkan anak ayam sulit memecah kulit telur lantaran lapisan kulit menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat/lengket di selaput penggalan dalam telur dan hasilnya mati. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi sanggup mengakibatkan air masuk melalui pori-pori kerabang, kemudian terjadi penimbunan cairan di dalam telur. Akibatnya embrio tidak sanggup bernapas kemudian mengalami kematian. 

Pada tingkat kelembaban yang tinggi pula akan dijumpai anak ayam akan sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur sanggup dipecahkan maka anak ayam tetap berada di dalam telur lantaran mati karam dalam cairan dalam telur itu sendiri. Hal ini sanggup anda buktikan secara alami pada proses penetasan yang dilakukan pada ekspresi dominan panas dan ekspresi dominan penghujan. Pada ekspresi dominan penghujan dimana kelembapan ideal maka hasil penetasan sanggup lebih baik.

Anda mungkin berpendapat, lha ayam yang ngeram dirorok saja tidak pakai nampan air juga hasil tetasannya sanggup hingga 90% kenapa ini di mesin butuh nampan isi air untuk kelembapan? Nah, tanpa kita sadari ternyata induk ayam juga sudah punya pengatur kelembapan yang tidak kita perhatikan yaitu kelenjar keringat induk ayam tersebut. Memang kelenjar keringat ayam tidak sama dengan kelenjar keringat manusia, sehingga kita tidak pernah lihat ayam keringetan kalo panas-panasan, namun kelenjar keringat yang menyerupai itu ialah yang terbaik untuk penetasan, bila ayam punya kelenjar keringat menyerupai insan maka kelembapannya akan sangat tinggi, bisa-bisa telurnya berair kena keringat ayam dan hasilnya telurnya tidak sanggup pecah/ netas J

Setelah kita mengetahui bahwa pentingnya kelembapan, kini berapa sih kelembapan yang diharapkan untuk mesin tetas dalam penetasan ayam? Para peternak sekalian, Kelembaban yang diharapkan untuk mesin penetas pada 18 hari pertama harus dijaga pada 50% – 55 % dan 3 hari setelahnya atau pada hari ke 19 – 21 sebelum telur ayam menetas, kelembaban harus dinaikkan menjadi 60%-65%. Cara menaikkan kelembaban antara lain dengan menambahkan jumlah air atau menambahkan baki daerah airnya atau ada juga yang menyebutkan sanggup dengan menambahkan busa spons atau juga sanggup dengan menyemprotkan air pada ruangan mesin tetas denggan hand sprayer.

Peternak sekalian, sehabis mengetahui pentingya kelembapan, akhir administrasi kelembapan yang keliru pada penetasan, serta kelembapan yang diharapkan untuk penetasan dalam mesin tetas, kini bagaimana cara mengukur kelembapan tersebut? Kalo ngukur suhu kita semua tau pakai thermometer nah kalo ngukur kelembapan maka yang kita pakai ialah HYGROMETER. Mungkin anda bertanya, cari dimana ya HYGROMETER? banyak koq pak dijual di poultry shop.

HYGROMETER ini tidak perlu diletakan di dalam mesin tetas, cukup diletakan diluar mesin tetas namun yang dimasukan dalam mesin tetas ialah kabel sensor/ probe, sehingga pengamatan sanggup dilakukan lebih sempurna. 

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments