Binatang Khas Nusa Tenggara Timur

January 05, 2019
KOMODO (Varanus komodoensis) KHAS NUSA TENGGARA TIMUR

Komodo atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), ialah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo,Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk orisinil pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora. Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berafiliasi dengan tanda-tanda gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanyamamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup. Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka terkenal di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akhir acara insan dan alhasil IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentanterhadap kepunahan. Biawak besar ini sekarang dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Di alam bebas, komodo cukup umur biasanya mempunyai berat sekitar 70 kg, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering mempunyai bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada mempunyai panjang sebesar 3,13 m dan berat sekitar 166 kg, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii). Komodo mempunyai ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2,5 cm yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah lantaran giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini membuat lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk kuman mematikan yang hidup di lisan mereka. Komodo mempunyai pengecap yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap hingga merah watu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun dan mempunyai potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. Komodo tak mempunyai indera pendengaran, meski mempunyai lubang telinga. Biawak ini bisa melihat hingga sejauh 300 m, namun lantaran retinanya hanya mempunyai sel kerucut, binatang ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo bisa membedakan warna namun tidak seberapa bisa membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo memakai lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, menyerupai reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang sanggup membantu navigasi pada ketika gelap. Dengan pinjaman angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo sanggup mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4-9,5 km. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik lantaran mereka tidak mempunyai sekat rongga badan. Hewan ini tidak mempunyai indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di kepingan belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, mempunyai sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki mempunyai tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapat bahwa bisikan, bunyi yang meningkat dan teriakan ternyata tidak menimbulkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak. Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka,sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun adakala aktif juga pada malam hari. Komodo ialah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada ketika makan dan berkembang biak. Reptil besar ini sanggup berlari cepat hingga 20 km per jam pada jarak yang pendek berenang dengan sangat baik dan bisa menyelam sedalam 4,5 m serta arif memanjat pohon memakai cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo sanggup bangun dengan kaki belakangnya dan memakai ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih memakai cakarnya sebagai senjata, lantaran ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1-3 m dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo sanggup menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama kepingan hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di tempat gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran binatang penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa. Pada final 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari sukuAgamidae, kemungkinan mempunyai semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka akhir gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi lantaran adanya bakteria yang hidup di lisan kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini mengatakan bahwa efek pribadi yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah. Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan insan akhir gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya menunjukkan reaksi yang serupa: nanah secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa tanda-tanda yang bertahan hingga beberapa jam kemudian. Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah berhasil diambil dari lisan seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo. Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga mempunyai aneka kuman mematikan di dalamnya lebih dari 28 kuman Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut mengakibatkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak pribadi membunuh mangsa dan mangsa itu sanggup melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu ahad akhir infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya ialah kuman Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan cita-cita sanggup dipakai untuk pengobatan manusia





Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments