Tongkol jagung, janggel jagung, bonggol jagung merupakan istilah yang dihasilkan sesudah limbah dipisahkan dari tongkolnya. Bagi sebagian orang tongkol jagung hanya menjadi sampah, dan mungkin ada yang memanfaatkannya menjadi kayu bakar. Namun kalau diolah, tongkol jagung ini bisa menambah penghasilan petani.
Tongkol jagung bisa dimanfaatkan sebagai materi pakan ternak yang bisa membuat lapangan pekerjaan, dan mengurangi pengangguran di negara ini. Hal ini juga bisa meningkatkan devisa negara, alasannya ialah jepang membutuhkan 15 kontainer per ahad atau 3.600 ton per tahun. Harganya 155 US dolar per ton. Bahkan hal ini juga bisa mengurangi sampah / limbah di negara ini.
Faktor utama penentu keberhasilan dalam perjuangan peternakan ialah penyediaan pakan. Salah satu penyediaan pakan bagi ternak ruminansia ialah dengan pemanfaatan pakan asal sisa hasil pertanian, perkebunan maupun agroindustri. Salah satu sisa flora pangan dan perkebunan yang memiliki potensi cukup besar ialah tongkol jagung.
Upaya peningkatan kualitas tongkol jagung sebagai pakan ruminasia sanggup dilakukan dengan perlakuan fisik, kimiawi, biologi atau campuran perlakuan tersebut. Perlakuan fisik dengan pencacahan sanggup digabungkan dengan perlakuan kimiawi berupa amoniasi dan perlakuan biologi yaitu fermentasi memakai starter mikrobia sellulolitik. Salah satu fungsi amoniasi ialah memutus ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa serta menyediakan sumber N untuk mikrobia, sedangkan fungsi fermentasi ialah sanggup menurunkan serat garang dan sekaligus meningkatkan kecernaan materi pakan berserat. Proses fermentasi bertujuan menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan sekaligus meningkatkan kadar protein garang (Tampoebolon, 1997).
Tongkol jagung atau janggel, merupakan bab dari buah jagung sesudah biji dipipil. Kandungan nutrisi tongkol jagung menurut analisis di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak mencakup kadar air, materi kering, protein garang dan serat garang berturut-turut sebagai berikut 29,54; 70,45; 2,67 dan 46,52% dalam 100% materi kering (BK). Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih sanggup dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu (Wardhani dan Musofie, 1991).
Peningkatan kualitas nutrisi pada tongkol jagung melalui pengurangan ukuran partikel dan fermentasi secara kasatmata sanggup meningkatkan protein kasar, namun tidak bisa memperbaiki nilai nutrisi pada serat garang maupun pada total digestible nutrients (TDN). Penggunaan tongkol jagung yang telah difermentasi dengan Aspergillus niger sebanyak 50% dalam konsentrat pada sapi PO yang menerima pakan basal jerami padi bisa menghasilkan pertambahan bobot hidup harian (PBBH) yang tidak berbeda kasatmata dengan sapi PO yang diberi pakan konsentrat tanpa tongkol jagung, sehingga penggunaan tongkol jagung dalam konsentrat sebanyak 50% bisa maningkatkan nilai laba (Anggraeny et al., 2008)
Tongkol jagung bisa dimanfaatkan sebagai materi pakan ternak yang bisa membuat lapangan pekerjaan, dan mengurangi pengangguran di negara ini. Hal ini juga bisa meningkatkan devisa negara, alasannya ialah jepang membutuhkan 15 kontainer per ahad atau 3.600 ton per tahun. Harganya 155 US dolar per ton. Bahkan hal ini juga bisa mengurangi sampah / limbah di negara ini.
Faktor utama penentu keberhasilan dalam perjuangan peternakan ialah penyediaan pakan. Salah satu penyediaan pakan bagi ternak ruminansia ialah dengan pemanfaatan pakan asal sisa hasil pertanian, perkebunan maupun agroindustri. Salah satu sisa flora pangan dan perkebunan yang memiliki potensi cukup besar ialah tongkol jagung.
Potensi Dan Nilai Nutrisi Tongkol Jagung |
Tongkol jagung atau janggel, merupakan bab dari buah jagung sesudah biji dipipil. Kandungan nutrisi tongkol jagung menurut analisis di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak mencakup kadar air, materi kering, protein garang dan serat garang berturut-turut sebagai berikut 29,54; 70,45; 2,67 dan 46,52% dalam 100% materi kering (BK). Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih sanggup dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu (Wardhani dan Musofie, 1991).
Peningkatan kualitas nutrisi pada tongkol jagung melalui pengurangan ukuran partikel dan fermentasi secara kasatmata sanggup meningkatkan protein kasar, namun tidak bisa memperbaiki nilai nutrisi pada serat garang maupun pada total digestible nutrients (TDN). Penggunaan tongkol jagung yang telah difermentasi dengan Aspergillus niger sebanyak 50% dalam konsentrat pada sapi PO yang menerima pakan basal jerami padi bisa menghasilkan pertambahan bobot hidup harian (PBBH) yang tidak berbeda kasatmata dengan sapi PO yang diberi pakan konsentrat tanpa tongkol jagung, sehingga penggunaan tongkol jagung dalam konsentrat sebanyak 50% bisa maningkatkan nilai laba (Anggraeny et al., 2008)