Istirahat sangkar terbukti sangat efektif dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam. Istirahat sangkar dilakukan minimal selama 2 ahad dihitung sesudah sangkar sudah dalam keadaan higienis dan didesinfeksi. Dengan berpegang pada teori bahwa kalau bibit penyakit tidak mendapat induk semang/ hospes/tempat melekat serta lingkungan yang sesuai maka lama-kelamaan bibit penyakit tersebut akan mati atau setidaknya kemampuan menyerang hospes ayam akan melemah. Di sinilah tujuan istirahat sangkar yang bahwasanya sehingga bibit penyakit sanggup ditekan seminimal mungkin. Selain dengan istirahat kandang, perlu didukung dengan sanitasi dan desinfeksi secara ketat.
Dari beberapa perkara yang ada di lapangan, kadangkala masa istirahat sangkar dilakukan peternak lebih cepat, kurang dari 14 hari atau bahkan hanya 7 hari. Padahal kondisi ini tidak baik alasannya akan menimbulkan bibit penyakit selalu berada di lingkungan peternakan, sehingga serangan penyakit pun akan selalu berulang.
Selain bertujuan untuk engurangi bibit penyakit di sekitar ayam, istirahat sangkar juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan badan ayam. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tony Unandar (2011), dari penelitian yang dilakukan oleh Klasing (2005) diketahui bahwa ayam broiler yang dipelihara tanpa masa istirahat kandang, mempunyai daya tahan badan yang lebih rendah dibanding ayam yang dipelihara dengan istirahat sangkar selama 3 minggu.
Dari penelitian di atas disimpulkan bahwa hendaknya peternak bisa melakukan masa istirahat sangkar dengan tepat, ialah minimal selama 14 hari. Dengan begitu, siklus hidup beberapa bibit penyakit akan terputus alasannya bibit penyakit yang berada di luar badan ayam tidak bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan untuk bibit penyakit yang mempunyai daya tahan cukup usang di lingkungan ibarat virus AI dan Marek, membutuhkan masa sitirahat sangkar lebih usang ialah selama 4 ahad atau bahkan lebih.