“Mengapa puyuh aku terlambat bertelur?”
Pertanyaan itu masih demikian aku ingat, dari peternak yang gres memulai. Tentu bukan dari peternak sesama kemitraan, tapi dari peternak mandiri.
“Katanya umur 40 hari sudah mulai bertelur, ini sudah umur 50 hari lho, belum ada satupun telur keluar!?”
Waduh, bagaimana ya… Saya jawab bahwa biasanya kisaran umur 40 hari memang sudah ada telur ngglundung, raketang satu. Ya dinantikan lagi saja, bersabar. Mungkin pakannya terlalu irit.
“Terlalu hemat bagaimana, ini tiap kali kosong eksklusif aku isi. Kapan nih kembali pakan? Sudah habis banyak aku buat beli pakan. Masak kemarin ternak ayam pedaging panen paling 6x setahun bikin modal aku bikin sangkar sudah kacau. Ini pindah ternak puyuh. Kacau pula. Ah, jangan-jangan info di blog nggak ada yang bener nih.“
Wah.. Makara keki aku kalau sudah bicara blog. Karena yang aku tulis sendiri hanyalah dari yang aku alami, aku amati, maupun analisa dari yang terjadi aku saksikan.
Itu ialah obrolan aku dengan dia beberapa waktu lalu. Keluh kesah lantaran modal sudah banyak terlimpah, namun karenanya belum kentara. Mengenai ayam pedaging, sepemahaman aku dari milik tetangga, minim 8x panen setahun.
Beberapa hari ini kebetulan postingan banyak menyinggung hal tersebut. Dari yang telah berkenan memperlihatkan tanggapan, ada satu pelajaran yang bisa aku dapatkan. Yaitu untuk tidak mengukur keadaan “luar” harus sama dengan “baju” sendiri. Banyak hal yang dimungkinkan bisa terjadi di luar sana, di luar kebiasaan yang selama ini aku alami.
Dari hal tersebut, terkait dengan “mengapa puyuh terlambat bertelur”. Ada beberapa poin yang kemudian aku pikirkan:
1. Ukuran terlambat itu hingga seberapa umurnya.
Standar yang aku pakai berangkat dari kebiasaan yang telah aku alami, kisaran umur 40 hari, walaupun cuma 1, sudah ada yang bertelur.
Ternyata ukuran tersebut bisa berbeda-beda. Mungkinkah ada standar nasional pada puyuh semacam SNI?
2. Mempelajari sebab-sebab yang dimungkinkan terjadi mengapa puyuh dikatakan terlambat bertelur.
Untuk ini, beberapa kemungkinan aku ambil dari komentar Bp Puyuh Jepang, untuk kemudian coba aku terjemahkan, sebatas kemampuan aku sebagaipeternak, menangkap maksud dia mengenai keterlambatan puyuh dalam bertelur.
1. masakan dalam hal ini jumlah dan kualitasnya,
Mengenai ini, standar pakan puyuh 22 gram per-ekor per-hari, tampaknya layak diperhatikan. Walaupun mungkin perbedaan iklim kawasan ikut mempengaruhi.
Sedangkan kualitas pakan, kalau pakan pabrikan, tentu akan menciptakan yang sebaik-baiknya.
2. masakan dalam hal ini jenis peruntukannya (starter,grower,layer)
Seperti telah disinggung di thread atau postingan yang lain, jangan lantaran ingin cepat bertelur, lantas pada umuran pertumbuhan sudah diberi pakan layer. Kalau saatnya stater ya stater. Banyak risiko bisa terjadi. Salah satunya, maunya cepat malah terlambat.
3. penyakit. oleh bakteri, virus, jamur, dsb.
Jika dua hal di di atas sudah tidak menjadi kendala, maka yang ke-3 ini bisa jadi yang menyebabkan.
4. management kandang, management lighting, management pakan dsb.
Sanitasi, penyemprotan desinfektan, menjaga kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan dalam kaitan “mengapa puyuh terlambat bertelur”.
Demikian biar menjadi manfaat.
Tanggapan, komentar, masukan, kritik, saran atau apapun juga, sangat aku harapkan.