KUPAS PERMASALAHAN INSEMINASI BUATAN DAN SINKRONISASI ESTRUS PADA SAPI
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik yakni suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam jalan masuk alat kelaminbetina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
- Memperbaiki mutu genetika ternak;
- Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
- Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
- Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
- Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) :
- Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
- Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
- Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
- Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma sanggup simpan dalam jangka waktu yang lama;
- Semen beku masih sanggup digunakan untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
- Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada ketika perkawinan lantaran fisik pejantan terlalu besar;
- Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan korelasi kelamin.
Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan menerima akta sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).Pelayanan Petugas Inseminasi BuatanPelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah mempunyai surat izin melaksanakan inseminasi dengan sistem aktif, pasif dan semi-aktif. Bila inseminator belum mempunyai izin maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja. Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti anutan sebagai berikut:
Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartucatatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama(kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang gres di Inseminasi Buatan (IB)kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan -
Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang “repeat breeder” (sapi yang telah di Inseminasi Buatan (IB) lebih daritiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.
Tugas pokok inseminator adalah:
- Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepatwaktu
- Menangani alat dan materi Inseminasi buatan sebaik-baiknya
- Melakukan identifikasi peserta Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB);
- Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak;
- Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan memberikan kepada pimpinan SPT IB.
Untuk mempermudah pelaporan / seruan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat suatu sistempelaporan yang sederhana, cepat, gampang dan murah. Kotak laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain yakni beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di Indonesia. Setiapdaerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh lantaran itulah buatlah suatu perjanjian dengan para peserta mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan. Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi jika betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak sedang birahi,petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk memperhatikan tanda-tanda birahi dengan lebih baik lagi.
Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina Pubertas (kematangan alat kelamin / cukup umur kelamin) terjadi akhir kegiatan dalam ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi yakni antara 7 – 18 bulan, atau dengan berat tubuh telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur cukup umur kelamin tergantung dari:
Jenis / bangsa sapi.
Gizi Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka cukup umur kelamin akan lebih usang dicapai, hal ini disebabkan berat tubuh yang kurang;
CuacaDi tempat tropis ibarat di Indonesia, umur cukup umur kelamin lebih cepat / muda -
Penyakit Karena menghipnotis pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila menyerang alat kelamin,maka kemungkinan besar umur cukup umur kelamin lebih lambat dicapai.
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang antara 17-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan: - Sebelum cukup umur kelamin; - Selama kebuntingan; - Masa post-partum. Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya pada sapi sanggup ditemui di bawah ini :
Proestrus (Waktu sebelum estrus). Tahap ini sanggup terlihat, lantaran ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadangkadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.
Estrus. Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi yakni 12 – 24 jam.
Metaestrus (Waktu setelah estrus berakhir), Pada tahap ini folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan /pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 – 5 hari.
Diestrus (Waktu setelah metaestrus), Pada tahap ini corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron. Periode ini paling usang berlangsungnya lantaran bekerjasama dengan perkembangan dan pematangan tubuh kuning,yaitu 13 hari.
Pada ketika keadaan cukup umur kelamin tercapai, kegiatan dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel khusus danmembentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning). Corpus luteum ini dibuat selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi lantaran ada hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif usang (sepanjang kebuntingan). Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu: - Sebelum ovulasi: hormon estrogen; - Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron. Hormon-hormon ini mengontrol tragedi siklus birahi di dalam ovarium.
Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)
Pemeriksaan Awal Deteksi birahi yang sempurna yakni kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya yakni kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi kebirahi selanjutnya yakni kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan InseminasiBuatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil lantaran terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memperlihatkan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.
Tanda – tanda birahi pada sapi betina yakni :
- Ternak gelisah
- Sering berteriak
- Suka menaiki dan dinaiki sesamanya
- vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 Bdalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
- Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
- Nafsu makan berkurangGejala
Gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut dihentikan menunda laporan kepada petugas inseminator biar sapinya masih sanggup memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) sempurna pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih memperlihatkan tanda-tanda yang terperinci dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, lantaran pada ketika itu liang leher rahim (servix)pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitungoleh para ahli, perkiraannya yakni :
permulaan birahi : 44%
pertengahan birahi : 82%
final birahi : 75%
6 jam setelah birahi : 62,5%
12 jam setelah birahi : 32,5%
18 jam setelah birahi : 28%
24 jam setelah birahi : 12%
Faktor – Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan
- Faktor – faktor yang menjadikan rendahnya prosentase kebuntingan yakni :
- Fertilitas dan kualitas mani beku yang buruk / rendah;
- Inseminator kurang / tidak terampil;
- Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
- Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
- Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting yakni mendeteksi birahi, lantaran tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh lantaran itu petani diharapkan sanggup memonitor tragedi birahi dengan baik dengan cara:
Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, yakni dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang lantaran tabrakan akhir dinaiki oleh betina yang lain.
Penanganan bidang reproduksi yakni suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kolaborasi dan koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga menengah ibarat inseminator,petugas pemeriksa kebuntingan, tangan kanan teknis reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang birokrasi lantaran pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek yang didanai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari banyak sekali tingkatan birokrasi ini yang biasanya selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani. Keterbuakaan yakni kunci keberhasilan keseluruhan jadwal ini.
Sinkronisasi Estrus
Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program dimana pada suatusaat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina birahi pada waktu yang bersamaan. Oleh lantaran itu harus dilaksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi birahi. Pada dasarnya, sinkronisasi birahi yakni upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormonProgesteron. Preparatnya biasanya yakni hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang palingsering ditemui di Indonesia yakni Enzaprost F.Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya lantaran harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untukpetugas lapang. Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi yakni sebagai berikut : - Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidakkurus (kaheksia);Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akanterjadi. - Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama; - Birahi akan terjadi 2 hingga 4 hari setelah penyuntikan kedua. Prosedur Inseminasi Buatan yakni sebagai berikut: - Sebelum melaksanakan mekanisme Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahuludengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannyadibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik yakni 37oC. Kaprikornus semen/straw tersebut dimasukkan dalamair dengan suhu tubuh 37 oC, selama 7-18 detik. - Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. - Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting higienis - Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw - Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam sangkar jepit, ekor diikat - Petugas Inseminasi Buatan (IB) menggunakan sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum - Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga sanggup menjangkau dan memegang leher rahim(servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu - Semen disuntikkan/disemprotkan pada tubuh uterus yaitu pada tempat yang disebut dengan ‘posisi ke empat’.Setelah semua mekanisme tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan